![]() |
BUAT AMPLANG - Nurhayani (kerudung merah) bersama Nurhayati (kerudung ungu) bersama-sama membuat kerupuk amplang |
Tak banyak sosok
perempuan desa yang ingin membuat perubahan, meskipun perubahan tersebut sedikit. Namun, membawa
dampak baik bagi lingkungan sekitarnya. Seperti yang dilakukan Nurhayati, perempuan berusia lebih dari setengah abad ini terus memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitarnya.
Oleh: Nova Sari
Namanya Nurhayani. Ia berusia 56 tahun. Meskipun
tak lagi muda, tapi ia masih terlihat energik, senyum lembutnya
menyapa saat menyambangi rumahnya di Desa Ampera Raya, Kecamatan Sungai
Ambawang, kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sebagai orangtua tunggal ia dikenal sebagai
perempuan pantang menyerah, ulet dan tak pelit berbagi ilmu. Tak
jarang, ia memberikan mengajarkan keterampilan bagi perempuan
didesanya.
Bekerja sebagai pengajar di PKBM Mitra Sehati juga mengembangkan
usaha khas lokal Amplang sejak 2009, tepatnya 12 tahun lalu.
Amplang adalah jajanan jenis kerupuk yang diolah dari bahan dasar ikan
dan tepung.
Menjadi janda pukulan berat baginya, terlebih
dengan tiga anak yang harus diasuh tanpa pekerjaan maupun peninggalan
sang suami membuat kehidupan Nurhayani makin sulit. Ia pun dituntut
untuk makin bekerja keras. Berbagai profesi ia lakoni sebelum
akhirnya bersungguh-sungguh menggeluti usaha Amplang ini.
Berbagai cara dilakukan Nurhayani dalam
menjalankan usahanya tersebut, terlebih waktu diawal-awal membangun usaha,
meminta sumbangan, kemudian membuat proposal untuk mengembangkan
usahanya itu juga pernah ia lakukan. Akan tetapi hasil yang peroleh tidak
sesuai harapannya,
namun tekat dan semangat yang tinggi dengan
modal seadanya membuat Nurhayani bangkit.
Hari ini siapa yang tidak kenal Amplang ‘Bu Nur’
di Kota Pontianak dan sekitarnya. Usaha rumahan yang juga
menghasilakan omset yang lumayan.
Tak hanya itu, berkat usahanya yang cukup sukses
ini ia pun merekrut para Ibu rumah tangga yang datang kepadanya
meminta pekerjaan.
Kini kesuksesannya itu ia bagi dan melatih
banyak perempuan, terutama ibu rumah tangga yang ingin membuka asaha
Amplang. Bahkan, ia merekrut para ibu rumah tangga yang ingin menambah penghasilan. Ia pun tidak mematok harus memiliki keahlian khusus bagi
setiap karyawannya tapi
harus jujur dan gigih dan mau belajar.
Tak ayal, ia kerap memberikan pelatihan bagi
karyawannya maupun para ibu rumah tangga yang ingin membuat usaha
serupa. Dari binaan inilah, Ia dan beberapa perempuan ikut bergabung dalam memproduksi pembuatan kerupuk Amplang.
“Saya berikan pembinaan, saya ajarkan bagaimana
cara membuat, bahan-bahan yang harus disiapkan, kita saling
berbagi, ada bagian yang mengadon bahan, memotong-motong, menggoreng,
packing hingga yang memasarkan kami ada bagiannya, tapi untuk
penjualan memang siapa saja semua yang membantu boleh menjual,” kata
Nurhayani.
Tak hanya itu, melihat masih banyak anak-anak di
sekelilingnya yang putus sekolah, ia mengusulkan program di PKBM
untuk kegiatan yang membina anak-anak putus sekolah mengakselerasi
minat dan bakat, yang ia buka dikediamannya.
“Kita latih anak-anak dengan progam yang ada,
terutama minta berwiraswasta. Kita ajarkan sejak dini. Untuk
para ibunya, kita ajarkan cara membuat jajanan lokal kita. Para
perempuan juga kita berikan kiat-kiat bisnis bagaimana, sehingga
tahu pemasaran dan harus dijual seperti apa,” ujarnya.
Dari program tersebut, banyak perempuan
desanya yang memilih bergabung dengan usaha Amplang miliknya. Ia yakin, dengan merekrut para ibu rumah tangga,
kualitas hidup warga desanya akan semakin baik. Karena, di tempatnya
tidak hanya bekerja tapi juga belajar menjadi lebih baik dalam
pengelolaan keuangan dan kemandirian dalam keluarga. “Saya ingin baik anak-anak maupun perempuan bisa maju,” ucapnya.
Dalam menjalankan usahanya, optimis dan pantang menyerah menjadi motto dalam menjalankan usaha. Mekipun bukan usaha skala besar tapi berkatnyalah banyak perempuan rumah tangga di lingkungan sekitarnya mulai berani terbuka dan lebih mandiri.
Letak Desa Ampera Raya yang cukup jauh dari area
pusat kota menjadi salah satu penyebab para wanita di desa tersebut
minim pengetahuan dan akses publik sehingga tak heran banyak di antara
para ibu rumah tangga tersebut hanya mengandalkan penghasilan suami
mereka.
Namun, adanya usaha yang dirintis Nurhayani,
para perempuan desa itu setidaknya bisa belajar banyak dari kisah
kemandirian yang selama ini belum berani mereka lakukan.
“Mereka masih takut-takut untuk mandiri,
berbicara hingga kita pelan-pelan ajarkan untuk bisa sendiri,”
ungkapnya.
Bicara perubahan hidup, ini juga dialami Yati
yang sudah merasakan bantuan dan jasa Nurhayani. Sejak beberapa tahun
ikut serta membantu usaha Amplang, banya hal sudah ia pelajari, dari
mulai tanggung jawab, mandiri dan belajar keterampilan dalam managemen
usaha.
Ia awalnya hanya ibu rumah tangga biasa tanpa
bekerja, namun, saat dirinya mengikuti kelas belajar usaha yag dibina
Nurhayani kondisi ekonomi keluarga memaksakan wanita yang hidup
sebatang kara ini sudah ikut bersama Nurhayani sejak tahun 2012 lalu. Lantaran fisiknya yang sudah tidak kuat seperti dulu.
“Saya sudah lama bergabung bersama ibu Nur
membuat amplang, tentu pekerjaan saya ini sangat membantu. Apalagi saya
yang bisa dibilang sebatang kara, suami meninggal anak tidak ada,
cuma ada anak angkat saja,” kata dia.
Untuk upah yang diterima Yati dalam membuat
amplang ini, perharinya dia ada ia menerima Rp30.000 dalam setiap
pembuatan amplang. Namun upah ini tergantung dari seberapa banyak Amplang
yang dibuat. Yati mengaku terbantu dengan adanya pembuatan amplang yang
dibuka oleh Nurhayani,
“Selain membantu usaha amplang Ibu Nur,
bersyukur saya juga mendapatkan bantuan dari Pemerintah bagi warga
yang tidak mampu seperti saya,” ucapnya
Di kondisi pandemi seperti saat ini dikatakan
Nurhayani, tentu berdampak pada penjualannya, namun begitu usaha
kerupuk amplang ini masih terus berlanjut.
Usaha mikro menegah memang merupakan lahan
keuntungan yang menjanjikan. Data Dinas Koperasi dan UMKM Kalbar,
mencatat ada sekitar 42.000 UMKM di Kalbar. Dari jumlah tersebut,
UMKM perempuan mendominasi.
Anggota Parlemen Perempuan Kalbar, Suma Jenny
merespons para pelaku UMKM perempuan yang dianggap mampu membawa
perubahan ekonomi daerah.
Perempuan saat ini bisa bebas dalam memilih
karirnya, terutama bagus yang ingin berbisnis, baik usaha kecil maupun
menengah. Saat ini, perempuan dituntut mandiri dan kreatif,
terutama perempuan dalam
rumah tangga.
Kata dia, pola pikir para perempuan sudah mulai
terbuka dengan memafaatkan banyak peluang yang ada.
“Jangan takut memulai, harus berani. Jika
perempuan tidak memiliki pikir ke depan akan susah untuk menghadapi era
persaingan hidup,” ujarnya.
Untuk mempermudah usaha kecil menengah, pihaknya
membuat berbagai kebijakan dan rencana untuk membantu para
perempuan yang ingin membuka usaha. (nov)
0 comments:
Posting Komentar